TEORITIKAL MODEL: MENGENAL DIRI ULUL ALBAB UNTUK TUJUAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN DI ABAD KE 21
Sanisah Hanim binti Jiman
Pensyarah Study & Critical Thinking Skills
Foundation in Science & Technology (FIST, UniKL)
Kolej MARA Kuala Nerang
1.0 PENGENALAN
Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025, telah menggarislan bahawa guru perlu melakukan transformasi pendidikan antaranya dengan melaksanakan strategi yang sesuai bagi mengintegrasikan pembelajaran abad ke-21 dalam perancangan guru di bilik darjah, Justeru, selaras dengan hasrat itu maka saya ingin mengemukakan tajuk perbincangan, Model Ulul Albab Untuk Tujuan Pengajaran dan Pembelajaran di Abad ke 21 yang boleh dibincangkan di dalam kelas di dalam sesi pengajaran & pembelajaran subjek “Study and Critical Thinking Skills” program FIST/FSC UniKL
2.0 DEFINISI DAN DALIL ULUL ALBAB
Ulul-albab disebut enam belas kali dalam Al-Quran. Menurut Al-Quran, ulul-albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksaan, dan pengetahuan - disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris. Berikut ialah beberapa dalil berkaitan Ulul Albab di dalam Al-Quran yang bermaksud:
1.”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Ali Imran: 190-191)
2. “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul-albab.” (QS.2:269)
3. “Mereka adalah orang yang boleh mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia.” (QS. 12:111)
4. Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini.
“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah ulul-albab.” (QS. 3:7)
3.0 CIRI-CIRI ULUL ALBAB
Apa tanda-tanda ulul-albab? Selain beberapa keistimewaan yang diberikan Allah kepeda mereka -seperti yang telah dinyatakan delum atas, berikut disenaraikan tujuh (7) tanda-tanda ulul albab menurut Al-Quran.
PERTAMA: BERSUNGGUH-SUNGGUH MENCARI ILMU
Seperti disebutkan dalam Al-Quran yang bermaksud: “Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tenganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.3:7) Termasuk dalam bersungguh-sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda ulul-albab ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai sains dan penyelidikan. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”
KEDUA: MAMPU MEMISAHKAN YANG BAIK DENGAN YANG BURUK KEMUDIAN IA MEMILIH YANG BAIK, WALAUPUN IA HARUS SENDIRIAN MEMPERTAHANKAN KEBAIKAN ITU DAN WALAUPUN KEBURUKAN ITU DIPERTAHANKAN OLEH ORANG RAMAI.
Allah berfirmanyang bermaksud : “Katakanlah, tidak sama keburukan dan kebaikan, walaupun banyaknya keburukan itu mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)
KETIGA: BERFIKIR SECARA KRITIS DALAM MENDENGARKAN PERBICARAAN, BIJAK MEMBUAT PERTIMBANGAN TERHADAP UCAPAN, TEORI, PANDANGAN ATAU DALIL YANG DIKEMUKAKAN OLEH ORANG LAIN.
Allah berfirman yang bermaksud: “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan mereka
itulah ulul-albab.” (QS.39:18)
KEEMPAT: BERSEDIA MENYAMPAIKAN ILMUNYA KEPADA ORANG LAIN UNTUK MEMPERBAIKI MASYARAKATNYA; DIPERINGATKANNYA MEREKA SEKIRANYA BERLAKU KEPINCANGAN DAN KETIDAKADILAN.
Golongan ini tidak duduk berpangku tangan di makmal penyelidikan, tidak hanya asyik dengan teori dan timbunan ilmu di perpustakaan. Mereka akan tampil di dalam masyarakat, terpanggil hatinya untuk menyumbang demi kelangsungan kesejahteraan tamadun manusia di seluruh dunia.
Firman Allah SWT yang bermaksud: “(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil pelajaran.” (QS.14:52)
“Hanyalah ulul-albab yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. 13:19-22)
KELIMA: TIDAK TAKUT KEPADA SIAPA PUN KECUALI KEPADA ALLAH. SWT
Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa ulul-albab hanya takut kepada Allah: Firman Allah SWT yang bermaksud : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS 2:197)
“. . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS 5:179) “Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. 65:10)
KE ENAM: BANGUN MALAM MUNAJAT DI HADAPAN ALLAH SWT ((UBUDIYAH DALAM BENTUK SOLAT, TAUBAT, ZIKIR DAN BERDOA)
“Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh perinagtan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS. 39:9)
Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “ciri khas” yang membezakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya.
Ciri khas yang lain disebutkan dalam Al-Quran: “Dia zikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS 3:191)
Kesimpulannya boleh dikatakan ulul-albab adalah golongan inteletual soleh yang bertaqwa kepada Allah SWT. Di dalam diri ulul-albab berpadu sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat orang yang dekat dengan Allah swt.
KETUJUH: IKHLAS
4.0 UNSUR KEJADIAN MANUSIA
PERTAMA: RUH
Firman Allah Swt dalam surah Al-Isra ayat 85 :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut :
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt adalah ruh, ruh siapa? ruh Muhammad Saw. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Allah dan makhluk lain dari aku”.
Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Allah dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Qs. Al-Araaf : 172).
Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Allah Swt, sehingga mereka terlena dan terlalu nyaman tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.
Tujuan utama didatangkannya manusia ke alam ini adalah untuk ubudiyah kepada Allah.
KEDUA : QALBU/HATI
Qalbu pada dasarnya memiliki makna ganda. Ada makna secara syariah dan hakikiyah. Secara syariah Qalbu diartikan sebagai segumpal daging yg mana baik buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw :
......وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخاري و مسلم)
Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah qalbu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Secara lughawiyah, Qalbu memiliki arti asli yaitu Jantung. Dan ini sejalan dengan Hadits diatas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat dan bebas dari berbagai penyakit. Namun sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor, maka darah yg mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yang kotor dan menjadi biang penyakit.
Sementara makna secara hakikiyah, qalbu adalah sebuah organ yang bersifat sir(tidak berwujud), namun ketika seseorang tersebut melakukan sebuah kemaksiatan, maka akan muncul bercak-bercak hitam yang lama kelamaan akan mengeraskan qalbu. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam hadits Qudsyi :
بنيت في جوف بان ادم قصرا و في القصر صدرا و في الصدر قلبا و في القلب فأدا و في الفأد شغفا و في الشغاف لبّا و في اللب سرّا و في السرّ انا
Artinya : Telah kami (Allah) bina/bangun dalam diri bani adam sebuah bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qalbu, di dalam qalbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syagaf (hati nurani), di dalam syagaf terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa), didalam sirr ada Aku (Allah).
Menurut ahli tasawwuf, Qolbu diartikan pula sebagai sebuah latifah / titik sensor / dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang disebut hati, tapi apakah dengan hatinya itu hewan mampu membedakan mana yang haq dan bathil ? tentunya tidak. Apakah setelah kita belah hewan-hewan tersebut kita menemukan organ yang penuh bercak hitam karena kemaksiatan yang hewan lakukan ? tentunya jawabannya pun tidak.
Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka tentulah di salah satu warung makan atau restoran tersebut ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goreng daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging.
Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali r.a dalam kitabnyaihya; ulumiddin adalah ruh, akal atau nafsu.
KETIGA : AKAL
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Allah berikut :
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ
Artinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (Qs. Al-Maaidah ayat 58)
Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Allah baik yang kauniyah maupun kauliyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan :رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا “tidak ada sesuatu apapun yang Allah telah ciptakan itu sia-sia.” Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.
Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan pepes ikan mas ? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yang ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Allah firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :
نَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”. (Qs. Qaf :37)
KEEMPAT : NAFSU
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah / biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7 :
وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ
Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh. Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :
(1). Nafsu Amaroh
Nafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut : kikir,tamak atau rakus,hasud, bodoh, sombong, keinginan duniawi
(2). Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut : mencela, bersenang-senang, menipu, bangga diri, mengupat, menunjuk-nunjuk dalam beramal, zalim, dusta dan lalai
(3). Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut : murah hati, merasa cukup, murah hatim, rendah hati (tawadhuk), taubat atau kembali kepada Allah, sabar dan bertanggung jawab
(4). Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut : dermawan, tawakka kepada Allah SWT, ibadah, syukur atau berterima kasih, ridho dan takut akan melanggar larangan
(5). Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut: zuhud, iklhas dan waro’ meninggalkan syubhat, latihan diri dan tepai janji
(6). Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut: baik akhlak(husnul khuluk), meninggalkan selain Allah,lembut kepada makhluk, mengurus makhluk pada kebaikan, mema’afkan kesalahan makhluk dan mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
(7). Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut: Ilmu Al’Yaqiin,. Ainul Yaqiin dan Haqqul Yaqiin
Dari semua pendapat diatas dan penjelasan diatas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan atau garis besarnya. Yaitu pada hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. bahkan Imam Al-Ghazali r.a mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun). Tidak memiliki perbedaan, semuanya merupakan hal yang sama. Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yang sama, memiliki fungsi dan tugas yang sama. Tinggal bagaimana kita membina, menuntun keempat hal ini agar betul-betul mampu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah swt dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya. Wallahu a’lam bish shawab
KELIMA: JASAD
Jasad atau jisim adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan lain-lain. Ia dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derejat paling rendah. Keadaannya dan sifatnya dapat mecium, meraba, melihat. Dari jasad ini timbullah kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran,ayat ...... yang bermaksud:
”Dijadikan indah pada pandangan manusia , merasa kecintaan apa-apa yang dingininya (syahwat) iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatan ternakan dan sawah ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat sebaik-baik kembali.”
5.0 MODEL ULUL ALBAB DALAM MENGHADAPI SURVIVAL ABAD KE 21
SILA TEKAN DI SINI UNTUK MELIHAT 4 MODEL ULUL ALBAB !!!
Untuk melahirkan insan Ulul Albab yang memiliki ciri-ciri yang diharapkan, maka perlulah digabungjalinkan dengan ikatan iman, syariat dan akhlak kesemua komponen kerohanian yang terdiri daripada roh, aqal, hati dan nafsu bersama komponen jasad. Ikatan iman (Rukun Iman), syariat (Rukun Islam) dan akhlak (Hablumminallah dan Hablumminannas) hanya akan dapat dikuasai dengan mendalami ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah bersumberkan Ilmu Naqli dan Ilmu Aqli secara berterusan sepanjang hayat.
Sesungguhnya Anak yang lahir itu fitrah.Ibubapa hendaklah mendidik dan membiasakan anak-anak mereka dengan kehidupan berlandaskan agama sehingga mereka menjadi remaja yang suka berdamping dengan penciptanya.Ibubapa tidak boleh membiarkan anak-anak bersendirian menentukan jalan hidup mereka sendiri. Anak-anak perlukan bimbingan dari ibubapa. Ibubapa harus sentiasa berdoa agar anak-anak mereka terhindar dari perkara-perkara yang tidak diingini. Mereka harus sedar bahawa doa ibubapa sangat penting untuk kesejahteraan hidup anak-anak
Nabi bersabda:
حدثنا حاجب بن الوليد حدثنا حممد بن حرب عن الزبيدي عن الزىري أخربين سعيد بن ادلسيب عن أيب ىريرة أنو كان يقول قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ما من مولود إال يولد على الفطرة فأبواه يهودانو وينصرانو وميجسانو )رواه مسلم(
Maksudnya: “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan asal yang bersih, maka kedua-dua ibubapanya yang akan menentukan samada anak itu akan menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.”
Di sinilah bermulanya pendidikan dalam kehidupan manusia, iaya bermula di rumah dan seterusnya mengikuti sistem pendidikan samada secara formal atau tidak formal secara berterusan dengan berasaskan falsafah pendidikan Islam yang menggabungjalinkan secara inklusif dasar pendidikan negara, kurikulum pendidikan, proses pengajaran dan pembelajaran dan penglibatan para pendidik,masyarakat yang akan membentuk generasi Ulul Albab.
"Pembinaan generasi Ulul Albab adalah satu tuntutan...."
RUJUKAN:
1. Kitab Manusia dan Islam-Prof. Dr Haron Din
2. Kitab Hikam: Prof Dr K.H. Muhibbuddin Waly
3. Kitab Allah: Syariat dan Hakikat Sheikh Daud Fathoni
4. Ihya; ulumuddin: Imam Al Ghazali
5. Fikir dan Zikir: Prof. Dr Sidek Baba
6. Pendidikan Anak-anak Dalam Islam: Sheikh Abdullah Nasih Ulwan
7. Kurikulum dan Pendidikan Guru: Prof. Muhammad Hamid Al-Afendi
8. Al Quran dan Al Hadith
9. https://www.islamicity.org/7887/seven-stages-of-life-in-islam/
10, https://unitlatihan2038.files.wordpress.com/2016/04/ihes-and-its-application-in-ftl-hpdp.pdf
1. Kitab Manusia dan Islam-Prof. Dr Haron Din
2. Kitab Hikam: Prof Dr K.H. Muhibbuddin Waly
3. Kitab Allah: Syariat dan Hakikat Sheikh Daud Fathoni
4. Ihya; ulumuddin: Imam Al Ghazali
5. Fikir dan Zikir: Prof. Dr Sidek Baba
6. Pendidikan Anak-anak Dalam Islam: Sheikh Abdullah Nasih Ulwan
7. Kurikulum dan Pendidikan Guru: Prof. Muhammad Hamid Al-Afendi
8. Al Quran dan Al Hadith
9. https://www.islamicity.org/7887/seven-stages-of-life-in-islam/
10, https://unitlatihan2038.files.wordpress.com/2016/04/ihes-and-its-application-in-ftl-hpdp.pdf
0 Comments